Rabu, 12 Januari 2011

OBAT GINJAL (DIURETIK)

OBAT GINJAL (DIURETIK)
• Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine
Penggolongan Diuretik:
1. Diuretik Osmotik
2. Penghambat transport elektrolit di tubuli ginjal
3. Penghambat karbonik anhidrase
4. Benzotiadiazid
5. Diuretik hemat kalium
6. Diuretik kuat

Diuretik Osmotik
• Diuretik osmotik → meningkatkan osmaliritas plasma dan cairan dalam tubulus ginjal → Na, Cl, K, air diekresikan
Indikasi:
• Payah ginjal, menurunkan tekanan intra kranial (edema otak), menurunkan tekanan intraokuler (glaukoma)
Sediaan: manitol, urea

Indikasi:
• Oliguria akut akibat syok hipovolemik
• Reaksi transfusi
• Profilaksis GGA
• Menurunkan tekanan/volume intraokuler/ cairan cerbrospinal
Sediaan:
• Manitol: 5-25% iv → 1,5-2 g/Kg BB
• Urea: 30% dalam D5 → 1-1,5 g/Kg BB
• Gliserin 50%/75% → 1-1,5g/Kg BB
• Isosorbid → 1-3 g/Kg BB



Cara Kerja Diuretik
Diuretik osmotik:
• Tubuli proksimal → penghambatan reabsorbsi Na dan air melalui daya osmotiknya
• Ansa Henle → penghambatan reabsorbsi Na dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun
• Ductus koligentis → penghambatan reabsorbsi Na dan air akibat adanya papilary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi atau adanya faktor lain

Penghambat enzim karbonik anhidrase: (H + HCO3 → H2CO3)
• Peningkatan pengeluaran Na, K dan bikarbonat
Diuretik hemat kalium:
• Mengganggu pompa Na-K yang dikontrol ADH (Na ditahan, K diekresi) → K direabsorpsi, Na diekskresi

Tiazid:
• Hulu tubuli distal → penghambatan terhadap reabsorbsi natrium klorida
Diuretik kuat:
• Ansa Henle bagian ascenden pada bagian dengan epitel tebal → penghambatan terhadap transport elektrolit Na, K, Cl

Penghambat Karbonik Anhidrase
• Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalisis C02 + H2O → H2CO3
• Contoh penghambat karbonik anhidrase adalah: Asetazolamid
• Asetazolamid → menghambat enzim KA → Sekresi H+ oleh tubuli berkurang → meningkatnya ekskresi bikarbonat, Na dan K melalui urine → meningkatnya sekresi elektrolit → meningkatkan ekskresi air
• Asetazolamid → menghambat pembentukan cairan bola mata → dapat digunakan untuk glaukoma
• Asetazolamid → dapat digunakan untuk mengobati epilepsi (efek asidosis)
• Mudah diserap saluran cerna, dosis optimum 2 jam
• Intoksikasi jarang terjadi

• Asetazolamid → mempermudah terjadinya batu ginjal
• Efek merugikan: demam, reaksi kulit, depresi sumsum tulang dan lesi renal, disorientasi mental
• Asetazolamid → sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil
• Indikasi: glaukoma, acute mountain sickness

Sediaan:
• Asetazolamid: tablet 125 mg dan 250 mg, dosis 250 – 500 mg per hari
• Diklorofenamid: Tablet 50 mg

Benzotiadiazide
• Benzotiadiazide atau Tiazid → efek utamanya meningkatkan ekskresi Na, Cl dan sejumlah air
• Efek diatas disebabkan penghambatan mekanisme reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal
• Menurunkan TD → efek diuresis dan vasodilatasi
• Pada Diabetes insipidus → menurunkan diuresis (mekanisme belum jelas)
• Efek pada ginjal → mengurangi kecepatan filtrasi glomerulus
• Efek kaliuresis → akibat bertambahnya natriuresis
• Tiazid berfungsi menghambat ekskresi asam urat → (1) meningkatkan reabsorbsi asam urat di tubuli proksimal; (2) menghambat ekskresi asam urat oleh tubuli
• Absorbsi di saluran cerna baik, distribusi ke seluruh ekstrasel, dapat melewati sawar uri, ditimbun di jaringan ginjal saja
Efek samping:
• Intoksikasi jarang terjadi
• Reaksi alergi (karena penyakitnya sendiri): purpura, dermatitis, fotosensitive dan kelainan darah
• Kadar Na, K, Cl diperiksa berkala
• Memperberat insufisiensi ginjal

Indikasi:
• Payah jantung ringan – sedang
• Pada pengobatan digitalis kombinasi dengan diuretik hemat K → mencegah hipokalemi dan intoksikasi digitalis
• Hipertensi
• Diabetes insipidus
Sediaan dan dosis Triazid :
OBAT SEDIAAN DOSIS (mg/hr)
Klorotiazide 250, 500mg 500 – 2000
Hidrotiazide 25, 50mg 25 – 100
Bendroflumetiazide 2,5;5; 10 mg 5 - 20
Politiazide 1, 2, 4 mg 1 - 4
Benztiazide 50 mg 50 - 200
Siklotiazide 2 mg 1 – 2
Metiklotiazide 2,5 dan 5 mg 1 – 2
Hidroflumetiazide 50 mg 25 - 200












Diuretik Hemat Kalium
Yang termasuk diuretik hemat kalium:
• Antagonis aldosteron
• Triamteren
• Amilorid

Antagonis Aldosteron
• Aldosteron atau mineralokortikoid → memperbesar reabsorbsi Na dan Cl di tubuli serta memperbesar ekskresi K
• Mekanisme kerja antagonis aldosteron adalah penghambatan kompetitif terhadap aldosteron
• Penyerapan di saluran cerna 70%
• Efek toksik: hiperkalemia
• Efek samping ginekomasti, efek androgen, gejala saluran cerna
• Indikasi: hipertensi, udem, digunakan bersama diuretik lain untuk mengurangi efek hipokalemi
• Sediaan dan dosis:
• Tablet 25, 50, 100 mg
• Dosis dewasa: 25 – 100 mg
• Kombinasi tetap: spironolakton 25 mg dan HCT 25 mg atau spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg


Diuretik Kuat
• Yang termasuk diuretik kuat: asam etakrinat, furosemid, bumetanid
• Mudah diserap dalam saluran cerna
Efek samping:
• Reaksi toksik → gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
• Nefritis interstitialis alergik (akibat furosemid dan tiazide) → gagal ginjal reversibel
• Asam etakrinat → ketulian

• Penggunaan klinik: udema akibat gangguan jantung, hati dan ginjal
Sediaan dan dosis:
• Asam etakrinat: tab 25, 50 mg, dosis: 50 – 200 mg per hari
• Furosemid: tab 20, 40, 80 mg, dosis: < 600 mg per hari
• Bumetanide: tab 0,5 dan 1 mg, dosis: 0,5 – 2 mg sehari

Indikasi Diuretik
• Udem paru → diuresis cepat (furosemid atau asam etakrinat)
• Udem → semua diuretik
• Hipertensi → HCT lebih baik
• Diabetes insipidus → HCT
• Batu ginjal → HCT
• Hiperkalsemia → Furosemid

Efek Samping Diuretik
• Hipokalemia: tiazid, furosemid
• Hiperuresemia: semua diuretik
• Gangguan toleransi glukose dan diabetes: tiazid dan furosemid
• Hiperkalsemia: tiazid
• Hiperkalemia: diuretik hemat kalium
• Sindrome udem idiopatik: diuresis kuat
• Volume deplesion: diuretik kuat
• Hiponatremia: furosemid


Benzotidiazid
• Klorotiazid dan tiazid telah diketahui dapat digunakan untuk diabetes insipidus
• Mekanisme belum jelas
• Penggunaan klinik: dibanding ADH, benzotiazid kurang efektif untuk diabetes insipidus → berguna bagi penderita yang alergi terhadap ADH
• Dosis: klorotiazid: 1 – 1,5 g/hr, hidroklorotiazid 50 – 150 mg/hari
• Penghambat Sintesis Prostaglandin
• Indometasin → efektif untuk diabetes insipidus nefrogen
• Cara kerja belum jelas
• Ibuprofen kurang efektif dibanding indometasin

PROSES KEPERAWATAN DIURETIK

Pengkajian Perencanaan
Pengkajian:
• Kaji tanda vital, elektrolit serum
• Periksa edema pitting
• Periksa bunyi nafas (cairan paru)
Perencanaan:
• Edema tungkai hilang 1 minggu
• Hasil lab elektrolit normal (penggantian K mungkin diperlukan)

Intervensi Keperawatan
• Pantau tanda vital (TD, denyut jantung) → syock
• Panatau BB klien
• Pantau volume urine
• Pantau hasil lab (elektrolit serum, gula, asam urat, BUN (blood urea nitrogen)
• Periksa tanda: hipokalemia (lemah otot, BU ↓, aritmia, bingung)

Penyuluhan
• Pertahankan nutrisi, kurangi garam, tingkatkan makanan kaya K (pisang, kacang, daging, ikan)
• Pantau klien minum digoksin dan HCT → keracunan digitalis (bradikardi)
• Panatau klien DM dengan HCT → hipoglikemia
• Pelan2 bangun dari tidur ke berdiri
Xantin
Xantin ternyata juga mempunyai efek diuresis. Efek stimulasinya pada fungsi jantung, menimbulkan dugaan bahwa deuresis sebagai disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus. Namun semua derivate xantin ini rupanya juga berefek langsung pada tubuli ginjal, yaitu menyebabkan peningkatan ekskresi Na+ dan Cl- tanpa disertai perubahan yang nyata pada pengasaman urin. Diantara kelompok xantin teofilin memperlihatkan efek diuresis yang paling kuat. Xantin sangat jarang digunakan sebagai diuretik utama, namun bila digunakan untuk tujuan lain terutama sebagai nbronkokodilator, adanya efek diuresis harus tetap dingat.

Referensi
Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC
Katzung, Bertram G.. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: EGC
Lee, Joyce L. dan Hayes, Evelyn R.. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
http://otetatsuya.wordpress.com/2009/01/02/obat-
diuretika/http://sridana.wordpress.com/2008/08/19/diuretika/#more-78